Minggu, 05 Juli 2009

Kartu ESP

Istilah ESP atau extra sensory perception digunakan pertama kali tahun 1870 oleh Sir Richard Burton. Peneliti dari Perancis, Dr. Paul Joire, di tahun 1892 kemudian menggunakan istilah ESP untuk menggambarkan kemampuan seseorang yang dihipnosis atau berada dalam keadaan status trance untuk merasakan hal-hal di luar dirinya tanpa menggunakan indera yang biasa digunakan.

Bagaimanapun, fenomena aktivitas ESP sudah diketahui sejak lama. Bahkan beberapa kalangan menyebutnya sejak jaman para nabi. Meski fenomena ini sulit dijelaskan, sepanjang sejarah terbukti menarik keingintahuan banyak orang.

Di tahun 1920-an seorang ahli mata dari Munich, Jerman, Dr. Rudolph Tischner, menggunakan ESP untuk menggambarkan “eksternalisasi perasaan”. Lalu di tahun 1930, ahli parapsikologi Amerika, J. B. Rhine memasukkan fenomena mirip cenayang sebagai bagian dari fungsi sensoris dan memopulerkan istilah ini. Rhine adalah ahli parapsikologi pertama yang menguji fenomena ESP di laboratorium.

Penelitian sistematis ESP pertama dilakukan di tahun 1882, saat The Society for Psychical Research dibentuk di London. Berbagai jurnal diterbitkan di Amerika Serikat dan Belanda. Segera setelah itu, negara-negara lain membuat laporan yang sama.

Bagaimanapun, penelitian-penelitian yang pertama mengenai ESP ini memang uji coba yang sangat jarang dilakukan. Penelitian ini biasanya didasarkan pada pengalaman spontan di suatu tempat. Banyak orang yang diteliti mengklaim dirinya ‘sensitif’ atau psychic.

Jarang, mereka diteliti dalam kondisi yang mirip laboratorium. Para peneliti, waktu itu menjalankan uji coba seperti seorang pengacara. Subyek yang diteliti dibombadir dengan pertanyaan-pertanyaan.

Eksperimen Rhine

Penelitian atas ESP yang cukup ilmiah pertama kali di lakukan oleh Dr. Joseph Banks Rhine dari Duke University tahun 1930. Penelitian ini disebut dengan “menebak kartu”. Kartu-kartu ini berisi lima desain, yang sekarang disebut sebagai symbol-simbol ESP, sebuah kotak, lingkaran, tanda plus, lima bintang dan serangkaian garis berjumlah tiga bergelombang. Symbol-simbol ini dicetak dengan tinta hitam, mirip kartu yang biasa kita gunakan untuk bermain.

Dalam eksperimen klasik Rhine atas ESP ini, subyek diminta menduga atau menyebutkan kelima symbol ini saat diacak dalam sebuah dek berisi 25 kartu ESP dan diambil satu per satu.

Kemungkinan tepat menyebutkan kartu yang diambil adalah satu untuk dari kelima kartu. Karena itu, sangat mungkin menghitung seberapa sering skor tertentu terjadi berdasar kesempatan menebak yang dilakukan. Argumen Rhine adalah, ketika subyek membuat skor tinggi seperti yang diharapkan dengan kesempatan hanya sekali dalam ribuan tebakan atau sekali dalam sejuta tebakan, itu artinya menunjukkan bahwa ESP bekerja. Dan memang ada.

Tidak ada komentar: